Jumat, 12 April 2013

http.//politikyangbermoral.aonse



POLITIK  YANG BERMORAL


OLEH

CEMING LUKAS WOLFGANG GEGO
Kelas :  II A





PRODI MATEMATIKA
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN ST. PAULUS RUTENG
2012/2013

KATA PENGANTAR
                                                           

Puji dan syukur  kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan perlindungan – Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik walaupun masih ada kesalahan.
Penulis menulis judul “ Politik Yang Bermoral “ khususnya disini mengkaji masalah – masalah politik yang tidak bermoral,  serta solusi – solusi untuk menghilangkan praktek  politik yang tidak bermoral agar pembaca mengetahui dan menyadari akan dampak negatif yang terjadi bila politik tanpa adanya moral.
Akhirnya penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan makalah ini baik isi maupun bahasanya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk menyempurnakan karya tulis ini.



Penulis













DAFTAR ISI

HALAMAN  JUDUL
KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.      1  Latar Belakang................................................................................1
1.      2  Identifikasi Masalah........................................................................1
1.      3  Rumusan Masalah...........................................................................1
1.      4  Tujuan Penulisan.............................................................................1
1.      5  Manfaat Penulisan...........................................................................2
1.      6  Metodologi Penulisan......................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
2. 1  Pengertian Moral dan Politik.............................................................3
2. 2  Masalah – masalah Politik yang tak bermoral...................................3
2. 3 Faktor – faktor adanya Polotik tak Bermoral.....................................4
2. 4 Solusi Untuk Menghilangkan Praktek Politik Tak Bermoral.............4

BAB III PENUTUP
            3. 1 Kesimpulan.........................................................................................5
            3. 2 Saran...................................................................................................5

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................6





BAB I
PEMBAHASAN

1. 1. Latar  Belakang
            Sebagian besar orang yang bergelut dalam bidang politik bertentangan dengan moral. Mereka hanya mementingkan kesejahteraan pribadi atau golongan daripada masyarakat banyak. Politik dijadikan mata pencarian, Parpol yang bukannya menyelesaikan masalah malah menimbulkan masalah baru yang harus diselesaikan, dan juga pemimpin yang gila kuasa.
            Menunjuk pada kenyataan diatas,  maka penulis mengkaji masalah – masalah politik yang tidak  bermoral, agar diketahui oleh pembaca. Disertakan pula solusi – solusi agar  tidak  adanya praktek politik yang tidak bermoral. Judul yang mau diuraikan dalam makalah ini adalah “ POLITIK YANG BERMORAL “
1. 2 Identifikasi Masalah
            Masalah  yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut : Yang pertama yaitu  Gaya – gaya pemimpin yang bercorak “ Manusia Robot “. Yang kedua  pemimpin yang gila kuasa. Yang ketiga banyaknya parpol yang menimbulkan masalah. Yang keempat politik yang dijadikan mata pencarian.
1. 3  Rumusan Masalah
            Secara sistematis masalah – masalah yang akan dibahas dalam makalaah ini yaitu :
v  Adanya gaya – gaya pemimpin yang bercorak  “Manusia Robot “.
v  Pemimpin yang gila kuasa.
v  Banyaknya parpol yang menimbulkan masalah.
v  Politik  yang dijadikan mata pencarian.
1. 4  Tujuan Penulisan
1)      Tujuan Umum
      Melalui makalah ini penulis mengharapkan agar pengetahuan pembaca tentang politik  yang bermoral bertambah.

2)      Tujuan Khusus
      Tulisan ini bertujuan untuk memenuhi tugas dari Mata Kuliah Pendidikan Moral STKIP St. Paulus Ruteng periode 2012 / 2013.



1. 5  Manfaat Penulisan
            Manfaat dari penulisan makalah  ini agar pengetahuan pembaca tentang politik yang bermoral bertambah.
1. 6  Metodologi Penulisan
            Metode yang dipakai dalam penulisan makalah ini adalah metode kepustakaan























BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Moral dan Politik
1.      Pengertian Moral
v  KBBI
Moral adalah ajaran tentang baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dsb ; Kondisi mental yang membuat orang  tetap berani, bersemangat, bergairah, berdisiplin, ; Isi hati atau keadaan perasaan sebagaimana terungkap dalam perbuatan ; Ajaran kesusilaan yang dapat ditarik dari suatu cerita.
v  Darji Damodiharjo
Moral adalah keseluruhan norma  yang menentukan baik buruknya sikap dan perbuatan manusia, pancasila sebagai dasar negara adalah kesatuan utuh bangsa Indonesia .
2.      Pengertian Politik
Politik adalah alat untuk mencapai tujuan dari setiap orang atau golongan.
v  Plato dan Aristoteles
Politik  adalah sebagai suatu usaha untuk mencapai masyarakat yang baik. Usaha untuk mencapai masyarakat yang terbaik ini menyangkut bermacam – macam kegiatan yang diantaranya terdiri dari proses penentuan tujuan dari sistem serta cara – cara melaksanakan tujuan itu.
v  Rod Hague
Politik adalah kegiatan yang menyangkut cara bagaimana kelompok – kelompok mencapai keputusan – keputusan yang bersifat kolektif dan mengikat melalui usaha untuk mendamaikan perbedaan – perbedaan diantara anggota – anggotanya.
v  Carl Schmidi
Politik  adalah suatu dunia yang didalamnya orang – orang lebih membuat keputusan – keputusan dariapada lembaga – lambaga abstrak.

2. 2 Masalah – masalah Politik yang Tak Bermoral
            Masalah – masalah politik yang tak bermoral dikaji dengan beberapa contoh berikut :
v  Gaya – gaya pemimpin yang bercorak “ Manusia Robot “ artinya pemimpin yang ingin menang dan semua ingin agar kelompoknya memegang tampuk kekuasaan, dengan segala taktik kotor ( intrique ) sehingga tidak terpikirkan secuilpun dibenak mereka bagaimana menciptakan masyarakat yang damai, adil, aman, makmur dan sejahtera serta demokratis.
v  Pemimpin memiliki satu penampakan tamak kuasa ( gila kuasa ) akibatnya pemimpin terlalu mudah mengumbar nafsu, serta akhirnya menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan walaupun mengakibatkan kerugian dan tidak efisiennya penggunaan anggaran daerah. Ketika pemimpin terlalu berpikir bagaimana harus mempertahankan kekuasaan tentu rakyat dilihat semu, sementara pemimpin bermakna karena ada rakyat.
v  Banyaknya Parpol di Indonesia tidak  menjamin akan menyelesaikan sebuah permasalahannya, malah justru menambah yang harus diselesaikan, Parpol sebenarnya alat untuk mensejahterakan golongan, lupa akan kepentingan masyarakat banyak, Prpol bukannya memberantas korupsi tetapi malah melahirkan para koruptor.
v  Setelah 14 tahun reformasi tak lantas mampu membawa perubahan mendasar sesuai cita – cita reformasi 1998. Sebaliknya kehidupan berbangsa dan bernegara semakin terpuruk karena wajah politik Indonesia tak bermoral.
v  Permainan politik uang dilakukan oleh banyak pihak agar lolos dalam seleksi sebagai caleg atau berbagai praktek tidak sehat dalam pencalonan DPD. Masyarakat publik pun semakin kehilangan kepercayaan tarhadap wakil – wakil mereka yang cendrung lebih mementingkan dirinya sendiri melalui berbagai tindakan tidak terpuji. Orang semakin ragu bahwa praktek politik dan kekuasaan bisa dicerahi moral sehingga menjadi lebih sehat dan bersih

2. 3 Faktor – faktor Politik Tak Bermoral
            Faktor – faktor yang mempengaruhi adanya praktek politik yang tidak bermoral adalah :
v  Politik Indonesia tidak bermoral, karena dijalankan dengan sistem dan konsep yang tidak baik.
v  Politik cendrung dijadikan mata pencarian , tidak sekedar untuk mengabdi kepada rakyat.
v  Para politisi dan penyelenggara negara saat ini dalam merefleksikan politik praktis, lebih banyak dipengaruhi nilai – nilai buruk daripada nilai – nilai luhur masyarakat bangsa.
v  Perilaku para politisi dan penyelenggara di negeri ini, bukan lagi sebagai proses pencapaian kebajikan bersama, tetapi lebih pada perjuangan merebut kekuasaan untuk berkuasa. Mereka tidak lagi mempertimbangkan nilai moral dalam menjalankan perpolitikan dan kekuasaan.
v  Moral dan politik berada pada dua kutub yang berbeda, ibarat terpisahnya air dengan minyak sulit untuk bisa disatukan. Etika lebih mengedepankan nilai moral atau spiritual agama dalam merefleksikan, sedangkan politik bisa menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan.




2. 4 Solusi Untuk Menghilangkan Praktek Politik Tak Bermoral
            Solusi – solusi yang dapat menghilangkan praktek politik tak bermoral adalah sebagai berikut :
v  Setiap pemimpin partai politik harus dapat mempunyai azas atau ciri, aspirasi, dan program tersendiri tidak bertentangan dengan nilai pancasila sehingga akan tercipta kehidupan politiok yang bermoral di negara Indonesia ini.
v  Lembaga perwakilan rakyat menampung aspirasi atau keinginan  masyarakat kemudian aspirasi itu disalurkan melalui lembaga perwakilan rakyat, disampaikan kepada pemerintah untuk ditindaklanjuti.
v  Untuk menciptakan kehidupan politik yang bermoral tentu harus dimulai dari pemimpinnya. Pemimpin yang bersikap tepat secara moral, bertindak dengan cerdas dan tidak mementingkan diri sendiri, jujur dan bertindak dengan pengendalian diri.
v  Saling berpartisipasi dan menjalankan kehidupan politik yang berlandaskan pancasila, UUD 1945.
v  Visi politik yang bermoral dan beretika.
Negara memerlukan visi politik baru yang penuh dengan etika dan nilai – nilai moral agama. Tanpa  visi politik baru yang lebih mengedepankan etika dan nilai – nilai moral agama dalam menyelenggarakan pemerintahan, negara ini sudah diambang kehancuran karena korupsi sudah merasuk kedalam seluruh sendi kehidupan.




















BAB III

PENUTUP

3. 1 Kesimpulan
            Menjadi seorang pemimpin atau ketua umum partai politik harus berlandaskan kepada nilai – nilai pancasila, UUD 1945, dan bertindak terhormat menciptakan kehidupan berpolitik yang bermoral harus dimulai dari diri sendiri yaitu mengamalkan nilai – nilai pancasila dan UUD 1945, mengedepankan etika dan nilai – nilai moral agama dalam menyelenggarakan pemerintahan, menunjukan partisipasi dalam setiap kegiatan politik, memperjuangkan aspirasi rakyat, menanamkan solidaritas dan tanggungjawab terhadap para anggotanya maupun anggota lain.

3. 2 Saran
            Penulis mengharapkan agar pembaca memahami tentang berpolitik yang bermoral.















DAFTAR PUSTAKA

Nggoro, Adrianus M, 2009. Pendidikan Pancasila. Ruteng : Nera Pustaka.
Syamsudin, Din, 2012. Politik Indonesia Tak Bermoral. Padang :  PT. Dirgantara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar